Print
Hits: 85

 

Ruang terbuka hijau (RTH) seperti taman kota merupakan elemen penting dalam tata ruang kota yang berkelanjutan. Selain berfungsi sebagai paru-paru kota yang membantu menyerap polusi dan mengatur suhu udara, ruang hijau juga memiliki peran vital dalam menjaga kesehatan mental dan memperkuat ikatan sosial masyarakat. Berbagai penelitian internasional membuktikan bahwa keberadaan ruang hijau dapat mengurangi stres, memperbaiki suasana hati, meningkatkan konsentrasi, serta memfasilitasi interaksi sosial. 

Manfaat Psikologis Ruang Hijau

Paparan terhadap lingkungan hijau terbukti mampu menurunkan hormon stres dan mempercepat pemulihan mental. Ulrich (1984) menunjukkan bahwa pasien yang memiliki akses visual ke pemandangan alam cenderung pulih lebih cepat dibandingkan yang hanya melihat lingkungan urban. Selain itu, teori restorative environment dari Kaplan & Kaplan (1989) menjelaskan bagaimana alam dapat membantu otak untuk mengembalikan fokus dan kreativitas.

Menurut World Health Organization (WHO), ruang hijau berperan penting dalam menurunkan risiko gangguan mental seperti depresi dan kecemasan, serta meningkatkan kualitas hidup warga kota.

Manfaat Sosial Ruang Hijau

Taman kota menyediakan ruang berkumpul yang mendorong interaksi sosial dan memperkuat solidaritas antarwarga. Peters et al. (2010) menemukan bahwa taman kota membantu membangun rasa komunitas yang inklusif, sekaligus mengurangi isolasi sosial yang kerap terjadi di wilayah perkotaan.

Perubahan iklim dan pesatnya pembangunan perkotaan memunculkan tantangan baru bagi tata kelola lingkungan, khususnya di wilayah rawan bencana seperti Sulawesi Tengah. Kota Palu, yang pernah mengalami bencana besar pada 2018, membutuhkan strategi pembangunan yang tidak hanya tangguh secara infrastruktur tetapi juga ekologis dan sosial. Di sinilah peran Ruang Terbuka Hijau (RTH) menjadi sangat penting, terlebih jika disinergikan dengan sistem monitoring iklim dan peringatan dini sebagaimana diusulkan oleh BMKG kepada Bappenas dalam audiensi mereka.

BMKG dan Usulan Monitoring Iklim untuk Proyek Strategis Nasional

Pada Mei 2024, BMKG mengajukan usulan kepada Bappenas agar seluruh Proyek Strategis Nasional (PSN) terintegrasi dengan sistem monitoring iklim dan peringatan dini. Tujuannya adalah meningkatkan ketahanan infrastruktur terhadap perubahan iklim, banjir, cuaca ekstrem, dan risiko hidrometeorologi lainnya. Usulan ini mencakup integrasi sensor iklim, radar cuaca, serta optimalisasi pemanfaatan data klimatologis dalam desain PSN seperti bendungan, kawasan ekonomi khusus (KEK), dan jalur transportasi strategis.

Inisiatif tersebut memiliki kaitan erat dengan pentingnya keberadaan RTH di kawasan perkotaan—khususnya di Kota Palu dan sekitarnya—karena RTH juga berperan dalam mitigasi bencana alam dan adaptasi iklim perkotaan.

RTH di Kota Palu: Evaluasi, Permasalahan, dan Potensi

Menurut jurnal implementasi kebijakan RTH dalam tata kelola ruang di Kota Palu, Kota Palu memiliki luas RTH yang masih jauh dari standar minimal nasional, yaitu 30% dari total luas kota. Distribusinya pun belum merata dan implementasi kebijakan RTH sering kali terhambat oleh:

Penelitian lain seperti Analisis Spasial dan Temporal RTH di Kota Palu menunjukkan penurunan luas RTH lainnya hingga 22% dalam lima tahun, sementara lahan terbangun meningkat 36%.

Studi Kasus: Kecamatan Palu Timur dan Taman Gor

Ruang terbuka hijau tidak hanya menghadirkan manfaat ekologis dan estetika, tetapi juga merupakan infrastruktur sosial dan adaptif terhadap krisis iklim. Kota Palu dan wilayah sekitarnya berada di titik penting untuk mengembangkan RTH sebagai bagian dari sistem ketahanan lingkungan dan sosial. Ketika RTH dikembangkan secara terencana dan terintegrasi dengan sistem peringatan dini, maka ruang kota tidak hanya menjadi lebih layak huni, tetapi juga lebih siap menghadapi ancaman masa depan.

 

📚 Daftar Sumber