sumber : Humas Pemerintah Kota Palu
Kota Palu, ibu kota Sulawesi Tengah, adalah salah satu mutiara di jantung Pulau Sulawesi. Namun, keindahannya menyimpan tantangan geologis yang unik dan kompleks. Terletak strategis di Teluk Palu yang sempit dan memanjang, kota ini juga diapit oleh perbukitan. Lebih dari itu, Palu dilalui oleh sesar aktif Palu-Koro, sebuah "garis patahan" raksasa yang sewaktu-waktu bisa bergeser. Kondisi tanah di beberapa area pun rentan terhadap fenomena likuifaksi, di mana tanah bisa mencair saat gempa kuat. Kerentanan alami ini menjadikan Palu sebagai salah satu kota paling rawan bencana di Indonesia.
Secara klimatologis, kota Palu memiliki iklim tropis dengan suhu tinggi dan kelembaban yang bervariasi sepanjang tahun. Suhu udara bisa mencapai 36,5°C, terutama pada bulan Oktober, dengan suhu terendah di bulan Januari. Kelembaban udara juga cukup tinggi, berkisar antara 64,7% hingga 78,8%. Menurut kriteria BMKG, Kota ini hanya memiliki satu musim yaitu musim kemarau sepanjang tahun, karena curah hujan kurang dari 50 mm/dasarian sepanjang tahun. Namun dalam siklus tahunan, karakteristik hujan kota Palu mempunyai pola anti monsunal, dimana curah hujan tinggi terjadi pada bulan Juni Juli, Agustus (JJA), dan curah hujan rendah terjadi pada bulan Desember, Januari, Februari (DJF).
Dalam konteks tata ruang, Palu telah memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang ideal. Namun, implementasi di lapangan masih menghadapi kendala. Salah satu yang paling kasat mata adalah kondisi ruas jalan utama dan persimpangan. Ambil contoh Simpang Empat Jl. M. Yamin, Jl. Basuki Rahmat, Jl. Dewi Sartika, dan Jl. Abd. Rahman Saleh. Di titik vital ini, yang terlihat adalah tiang-tiang dan jaring-jaring kabel listrik serta telekomunikasi yang semrawut. Pohon peneduh berkurang dan nyaris tidak ada, jalur pejalan kaki pun belum memadai. Kondisi ini jauh dari citra kota yang nyaman, apalagi di tengah iklim tropis Palu dengan curah hujan rendah dan potensi kenaikan suhu ekstrem akibat perubahan iklim.
Melihat tantangan ini, Palu sejatinya berpotensi besar menjadi kota modern yang tidak hanya aman dari bencana, tetapi juga sangat nyaman dan layak huni. Visi idealnya adalah Palu sebagai kota yang mengadopsi konsep Ruang Terbuka Hijau (RTH) modern, dirancang untuk kerentanan rendah terhadap perubahan iklim, khususnya kenaikan suhu ekstrem.
Bayangkan Palu dengan jalan-jalan utama yang teduh berkat deretan pohon berkanopi lebar. Pejalan kaki bisa bergerak leluasa di trotoar yang lebar, bersih, dan dilengkapi bangku istirahat serta fasilitas pendukung. Seluruh kabel listrik dan telekomunikasi sudah "turun" ke bawah tanah, menghilangkan kesemrawutan dan memungkinkan pohon tumbuh optimal. Persimpangan yang tadinya gersang berubah menjadi "pulau hijau" yang menyejukkan. RTH tidak hanya sekadar rumput, tetapi taman kota yang berfungsi sebagai paru-paru kota, meredam panas, dan menjadi tempat rekreasi yang nyaman. Desain RTH akan mempertimbangkan keseimbangan energi di permukaan, memanfaatkan vegetasi yang adaptif iklim kering Palu untuk secara aktif mendinginkan suhu udara dan permukaan. Dengan demikian, warga Palu dapat menikmati lingkungan perkotaan yang sejuk, sehat, dan indah, sekaligus lebih siap menghadapi dampak perubahan iklim di masa depan.
Untuk mewujudkan Palu sebagai kota modern yang layak huni dan ramah lingkungan memerlukan langkah strategis dari Pemerintah Kota Palu. Berikut beberapa rekomendasi:
Jangka Pendek
Langkah-langkah awal perlu difokuskan pada peningkatan kualitas ruang publik dan efisiensi infrastruktur, dimulai dari pendekatan praktis yang dapat segera diterapkan.
Pertama, pemangkasan pohon harus dilakukan secara tepat dan profesional. Praktik pemangkasan yang brutal perlu dihentikan, dan sebagai gantinya, PLN serta penyedia layanan telekomunikasi harus berkoordinasi dengan dinas terkait untuk melaksanakan pemangkasan secara terencana. Fokus utamanya adalah pembentukan tajuk pohon agar tidak mengganggu kabel udara, sembari tetap menjaga kesehatan pohon dan estetika kawasan.
Kedua, penataan kabel udara perlu menjadi prioritas untuk mengurangi kesan semrawut di ruang publik. Kabel-kabel yang tidak tertata harus dirapikan, diikat dalam satu bundle, atau menggunakan tiang bersama untuk efisiensi ruang. Pemerintah juga perlu menetapkan regulasi yang ketat terhadap pemasangan kabel baru agar tidak memperburuk kondisi yang ada.
Terakhir, penghijauan kota dapat diperkuat melalui penanaman pohon peneduh adaptif di ruas jalan dan persimpangan yang gersang. Pemilihan jenis pohon harus mempertimbangkan kesesuaian dengan iklim kering Palu, serta karakteristik kanopi yang lebar dan potensi peneduhan yang tinggi. Prioritas diberikan pada pohon dengan tajuk sempit dan tinggi, atau yang tidak tumbuh terlalu besar di bawah jaringan kabel, serta memiliki ketahanan terhadap pemangkasan rutin tanpa mengganggu kesehatannya. Contoh pohon yang biasa digunakan di bawah kabel (dengan tetap mempertimbangkan konteks Palu dan iklim kering):
- Angsana (Pterocarpus indicus), meskipun bisa besar, ada kultivar yang lebih terkontrol, dan toleran pangkas.
- Black Olive (Bucida buceras), sering digunakan di kota dengan kabel karena bentuknya yang ramping.
- Beberapa jenis Palem (Phoenix roebelenii, Areca catechu) yang tingginya terkontrol dan bentuknya tegak lurus. Namun, palem tidak memberikan keteduhan seluas pohon berkanopi lebar.
- Pertimbangkan pohon lokal yang sudah beradaptasi dengan iklim Palu dan memiliki karakteristik pertumbuhan yang sesuai seperti Eboni (Diospyrus celebica), Bintangur (Calophyllum spp.), Ganitri (Elaeocarpus spp.), Medang (Litsea spp.), kelompok Dara-dara (Myristica spp, Knema spp, dan Horsfieldia spp), Manggis Hutan (Garcinia spp.), Nyato (Palaquium spp.), berbagai jenis kayu arang (Diospyros spp.), dan berbagai jenis jambu-jambuan (Syzygium spp.).
Jangka Menengah
Pengembangan wilayah Kota Palu perlu didukung oleh perencanaan yang matang, salah satunya melalui penyusunan masterplan utilitas bawah tanah. Pemerintah Kota Palu perlu menjadikan hal ini sebagai prioritas, dengan memulai pemindahan jaringan listrik, telepon, dan internet ke bawah tanah di kawasan strategis atau pusat kota sebagai proyek percontohan.
Selanjutnya, evaluasi terhadap Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang telah ada perlu dilakukan secara menyeluruh. Standar desain RTH dalam RTRW harus diperbarui agar lebih mengedepankan fungsi ekologis, seperti mitigasi efek pulau panas melalui penggunaan vegetasi yang adaptif terhadap iklim kering serta peningkatan kenyamanan termal bagi masyarakat.
Sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan, pelebaran dan perbaikan trotoar secara bertahap juga menjadi langkah penting. Selain memperkuat jaringan pedestrian, ini akan memastikan aksesibilitas universal dan kenyamanan publik, ditunjang dengan fasilitas pendukung yang memadai.
Jangka Panjang
Untuk mewujudkan Kota Palu yang berkelanjutan dan tangguh terhadap perubahan zaman, diperlukan komitmen strategis jangka panjang yang menyentuh aspek infrastruktur, lingkungan, dan tata kelola risiko.
Langkah pertama adalah implementasi penuh jaringan utilitas bawah tanah. Pemerintah Kota Palu perlu berkomitmen untuk memindahkan seluruh jaringan utilitas udara—seperti listrik, telepon, dan internet—ke bawah tanah secara bertahap di seluruh wilayah kota. Meskipun membutuhkan investasi besar, upaya ini merupakan fondasi penting bagi estetika kota, ketahanan infrastruktur, dan keamanan publik di masa mendatang.
Selanjutnya, pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) harus dilakukan secara komprehensif dan terintegrasi. Ini mencakup taman kota, jalur hijau di sepanjang jalan, taman lingkungan, serta pemanfaatan inovatif seperti dinding dan atap hijau pada bangunan. Dengan pendekatan ini, RTH dapat berfungsi tidak hanya sebagai ruang rekreasi, tetapi juga sebagai elemen penting dalam pengendalian suhu mikro dan penyerapan karbon.
Sebagai pilar utama pembangunan kota berkelanjutan, penerapan konsep Kota Tangguh terhadap bencana dan iklim perlu diintegrasikan ke dalam setiap aspek perencanaan. Mitigasi terhadap risiko geologi dan strategi adaptasi perubahan iklim harus menjadi acuan dalam pengembangan infrastruktur hijau dan biru, serta perencanaan tata ruang secara keseluruhan.
Dengan langkah-langkah ini, Palu tidak hanya akan menjadi kota yang lebih indah dan nyaman, tetapi juga menjadi contoh nyata bagaimana sebuah kota dapat tumbuh berkelanjutan dan tangguh menghadapi tantangan alam serta perubahan iklim global.