Dalam upaya memperkuat kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana hidrometeorologi di Sulawesi Tengah, RRI Palu menggelar sesi wawancara khusus pada Selasa, 24 Juni 2025. Acara ini menghadirkan tiga narasumber utama yang berperan penting dalam penanggulangan dan mitigasi bencana di wilayah tersebut.
Hadir sebagai narasumber pertama, Asep Firman Ilahi, S.Stat M.Si., Kepala Stasiun Pemantauan Atmosfer Global Lore Lindu BMKG, yang menekankan pentingnya peran data klimatologi dan prediksi cuaca dalam mengantisipasi potensi bencana seperti banjir, kekeringan, dan cuaca ekstrem. Ia menjelaskan bahwa peningkatan frekuensi dan intensitas hujan ekstrem merupakan bagian dari dampak perubahan iklim yang harus diwaspadai, khususnya di wilayah-wilayah rawan seperti Kabupaten Sigi, Parigi Moutong, dan Poso.
Sementara itu, Prof. Dr. Ir. H. Naharuddin, S.Pd. MSi. selakuĀ Ketua Forum DAS Sulawesi Tengah turut menyampaikan urgensi pengelolaan daerah aliran sungai secara terpadu sebagai langkah penting dalam membangun resiliensi lingkungan. Ia menyoroti kerusakan ekosistem hulu sebagai salah satu faktor utama meningkatnya risiko banjir dan longsor di musim hujan. Menurutnya, kolaborasi antar-lembaga dan partisipasi aktif masyarakat dalam konservasi DAS menjadi kunci keberhasilan jangka panjang.
Narasumber ketiga, Ir. Sri Idawati AM. Latjambo, ST. M.Si. selakuĀ Kabid Kesiapsiagaan dan Pencegahan BPBD Kabupaten Sigi, memaparkan langkah-langkah yang telah dilakukan pemerintah daerah dalam meningkatkan kesiapan masyarakat menghadapi bencana. Mulai dari simulasi evakuasi, pelatihan relawan desa tangguh bencana, hingga penyediaan sistem peringatan dini berbasis komunitas yang terintegrasi dengan data BMKG.
Melalui wawancara ini, RRI Palu berkomitmen menjadi media informasi terpercaya yang mendorong sinergi antara institusi pemerintah, komunitas lokal, dan masyarakat umum dalam membangun ketahanan terhadap bencana hidrometeorologi. Diharapkan, upaya kolaboratif ini dapat meminimalkan risiko dan dampak bencana, serta menciptakan Sulawesi Tengah yang lebih tangguh dan adaptif terhadap perubahan iklim.