1 / 5
2 / 5
3 / 5
4 / 5
5 / 5

1 Bulan Terakhir
1 Tahun Terakhir
5 Tahun Terakhir
Seluruh Catatan
Peningkatan Rata2

 

Manusia secara signifikan telah meningkatkan jumlah karbon dioksida (CO₂) yang dilepaskan ke atmosfer melalui pembakaran bahan bakar fosil (seperti batu bara, minyak, dan gas), pembakaran limbah padat, serta penebangan dan pembakaran kayu untuk kebutuhan energi, transportasi, dan pembangunan infrastruktur. Di sisi lain, jumlah pohon yang berfungsi sebagai penyerap karbon alami (carbon sink) terus menurun akibat deforestasi untuk keperluan industri kayu dan perluasan lahan pertanian.

Meskipun lautan, hutan, dan proses alamiah lainnya mampu menyerap sebagian emisi CO₂, laju pelepasan karbon akibat aktivitas manusia saat ini jauh melampaui kemampuan alami bumi untuk menyerapnya. Akibatnya, konsentrasi CO₂ di atmosfer terus meningkat dari waktu ke waktu.

Sebagai gambaran, pada masa pra-industri (sekitar tahun 1750), konsentrasi CO₂ di atmosfer tercatat sekitar 281 bagian per juta (ppm). Pada Januari 2007, angka ini meningkat menjadi 383 ppm, atau naik sekitar 36%. Namun, berdasarkan pengukuran observatorium Mauna Loa di Hawaii, pada Mei 2024, konsentrasi CO₂ telah mencapai 426,9 ppm — angka tertinggi yang pernah tercatat dalam sejarah manusia modern.

Kenaikan ini sangat mengkhawatirkan karena CO₂ adalah gas rumah kaca utama yang mendorong perubahan iklim. Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) memperkirakan bahwa jika emisi tidak ditekan, konsentrasi CO₂ bisa mencapai antara 540 hingga lebih dari 1000 ppm pada akhir abad ke-21. Dalam skenario terburuk, ini berarti peningkatan lebih dari tiga kali lipat dibandingkan era pra-industri.

Kenaikan drastis ini akan berdampak besar terhadap suhu global, cuaca ekstrem, pencairan es kutub, kenaikan permukaan laut, serta ekosistem dan kehidupan manusia secara keseluruhan. Maka dari itu, upaya global untuk mengurangi emisi karbon, melestarikan hutan, dan beralih ke energi terbarukan menjadi semakin mendesak dan krusial.