Selama periode bulan Juni 2025, kondisi curah hujan dan jumlah hari hujan di wilayah Sulawesi Tengah menunjukkan variasi spasial yang cukup besar berdasarkan data dari 122 stasiun pengamatan. Beberapa wilayah mengalami intensitas hujan yang sangat tinggi, sementara lainnya cenderung kering dengan frekuensi hujan yang rendah.

Stasiun yang mencatat curah hujan tertinggi pada bulan Juni 2025 adalah Buko Selatan (Kabupaten Banggai Kepulauan), dengan akumulasi curah hujan sebesar 917 mm. Angka ini merupakan yang tertinggi di antara seluruh stasiun dan mencerminkan curah hujan yang sangat intensif di wilayah tersebut selama satu bulan penuh. Curah hujan sebesar ini berpotensi menyebabkan genangan, tanah jenuh air, dan bahkan banjir lokal apabila berlangsung dalam waktu singkat dengan intensitas tinggi.

Sebaliknya, curah hujan terendah tercatat di stasiun Sindue (Kabupaten Donggala), yang hanya mencatat total curah hujan sebesar 12 mm dengan 3 hari hujan. Hal ini penting diperhatikan dalam konteks pengelolaan air dan kegiatan pertanian yang sangat bergantung pada curah hujan.

Dari segi jumlah hari hujan, stasiun Buko Selatan juga mencatat jumlah hari hujan terbanyak, yaitu sebanyak 27 hari dalam satu bulan. Ini berarti wilayah tersebut mengalami hujan hampir setiap hari, walaupun tidak selalu dalam intensitas tinggi. Kondisi seperti ini bisa berdampak pada peningkatan kelembapan tanah dan mengganggu proses pertanian seperti penanaman atau panen jika lahan tergenang.

Di sisi lain, stasiun dengan jumlah hari hujan paling sedikit adalah Tanamea, yang hanya mencatat 1 hari hujan selama bulan Juni dengan curah hujan sebesar 20mm.

Distribusi curah hujan dan frekuensi hari hujan yang berbeda-beda di wilayah Sulawesi Tengah selama bulan Juni 2025 ini mencerminkan adanya variasi iklim lokal yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti topografi, jarak dari pantai, tutupan vegetasi, dan dinamika atmosfer regional. Informasi ini sangat penting untuk mendukung pengambilan keputusan di sektor pertanian, pengelolaan sumber daya air, serta mitigasi risiko bencana hidrometeorologi.

Pemantauan rutin terhadap parameter-parameter iklim seperti curah hujan dan hari hujan juga diperlukan untuk memahami pola perubahan iklim yang mungkin terjadi dan sebagai langkah adaptasi terhadap kondisi iklim ekstrem yang semakin sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir.