- Details
- Hits: 54

Selama periode bulan September 2025, kondisi curah hujan dan jumlah hari hujan di wilayah Sulawesi Tengah menunjukkan variasi spasial yang cukup besar berdasarkan data dari 130 stasiun pengamatan. Sebagian wilayah mengalami intensitas hujan tinggi, sementara sebagian lainnya relatif kering dengan frekuensi hujan yang rendah.
Stasiun yang mencatat curah hujan tertinggi pada bulan September 2025 adalah Lalundu (Kabupaten Donggala) dengan akumulasi curah hujan sebesar 651,5 mm. Nilai ini termasuk kategori sangat tinggi dan mencerminkan intensitas hujan yang intensif di wilayah tersebut. Curah hujan sebesar ini dapat menimbulkan potensi genangan, kejenuhan tanah, hingga banjir lokal terutama jika terjadi dalam periode singkat dengan intensitas tinggi.
Sebaliknya, curah hujan terendah tercatat di Sindue (Kabupaten Donggala), dengan total curah hujan hanya 5 mm sepanjang September 2025. Kondisi ini penting dicermati karena dapat memengaruhi ketersediaan air tanah serta berimplikasi pada kegiatan pertanian dan kebutuhan domestik masyarakat yang sangat bergantung pada air hujan.
Dari sisi jumlah hari hujan, stasiun Bahagia (Kabupaten Tojo Una-Una) mencatat frekuensi terbanyak, yaitu 23 hari hujan dalam satu bulan. Artinya, hampir setiap hari wilayah tersebut mengalami hujan, meskipun intensitasnya tidak selalu tinggi. Kondisi ini dapat meningkatkan kelembapan tanah secara signifikan dan berpotensi mengganggu aktivitas pertanian, khususnya pada fase penanaman maupun panen.
Di sisi lain, stasiun dengan jumlah hari hujan paling sedikit adalah Pembuni (Kabupaten Parigi Moutong) yang hanya mencatat 2 hari hujan dengan curah hujan relatif rendah. Situasi ini menunjukkan bahwa sebagian wilayah Sulawesi Tengah pada September 2025 cenderung mengalami kondisi lebih kering.
Perbedaan distribusi curah hujan dan frekuensi hari hujan di Sulawesi Tengah ini mencerminkan adanya variasi iklim lokal yang dipengaruhi oleh faktor topografi, kedekatan dengan pantai, tutupan vegetasi, serta dinamika atmosfer regional. Informasi tersebut sangat penting untuk mendukung pengambilan keputusan di sektor pertanian, pengelolaan sumber daya air, serta mitigasi risiko bencana hidrometeorologi.
Pemantauan rutin terhadap parameter iklim seperti curah hujan dan hari hujan menjadi langkah strategis untuk memahami pola variabilitas iklim yang terjadi serta sebagai upaya adaptasi terhadap potensi kondisi iklim ekstrem yang semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir.