sumber ilustrasi : openai.com
Perubahan iklim telah membawa dampak signifikan terhadap sektor pertanian di Sulawesi Tengah, menyebabkan peningkatan frekuensi gagal panen dan mengancam ketahanan pangan masyarakat setempat.
Dampak Perubahan Iklim terhadap Pertanian
Perubahan pola curah hujan dan suhu ekstrem telah menyebabkan ketidakpastian dalam musim tanam. Pada tahun 2021, di Desa Bangga, Kabupaten Sigi, petani mengalami gagal panen jagung akibat kurangnya intensitas hujan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu, banjir bandang yang terjadi telah merusak lahan pertanian seluas 750 hektare, memaksa petani untuk mencari alternatif mata pencaharian.
Dampak perubahan iklim juga dirasakan di Desa Balumpewa pada tahun 2024, kekeringan berkepanjangan akibat musim kemarau menyebabkan penurunan curah hujan bulanan secara signifikan, dari rata-rata 200 mm menjadi di bawah 100 mm. Hal ini mengakibatkan gagal panen jagung dan memaksa petani untuk beralih menanam tanaman yang lebih tahan kekeringan.
Tantangan Sosial dan Ekonomi
Gagal panen tidak hanya berdampak pada produksi pangan, tetapi juga menimbulkan tekanan ekonomi bagi petani. Kenaikan harga bibit dan pupuk, serta keterbatasan akses terhadap lahan subur, memperburuk kondisi ini. Di Kabupaten Poso, petani terpaksa beralih dari menanam padi dan jagung ke tanaman seperti kakao dan durian, meskipun lahan yang tersedia seringkali berada di kawasan taman nasional dengan akses terbatas.
Upaya Adaptasi dan Mitigasi
Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan upaya adaptasi yang melibatkan berbagai pihak. Pemerintah daerah dan organisasi masyarakat sipil dapat berperan dalam menyediakan pelatihan pertanian berkelanjutan, memperbaiki sistem irigasi, dan mengembangkan varietas tanaman yang tahan terhadap perubahan iklim. Selain itu, implementasi kebijakan yang mendukung asuransi pertanian dan akses terhadap sumber daya produksi dapat membantu petani menghadapi risiko gagal panen.
Kesimpulan
Perubahan iklim telah membawa tantangan besar bagi sektor pertanian di Sulawesi Tengah, menyebabkan gagal panen dan mengancam ketahanan pangan. Diperlukan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk mengembangkan strategi adaptasi yang efektif dan berkelanjutan guna memastikan kesejahteraan petani dan ketahanan pangan di wilayah tersebut.
Daftar Referensi
-
IRID. (2024). Isu Lingkungan dan Peran Organisasi Masyarakat Sipil di Sulawesi Tengah dalam Menyelaraskan Aksi Iklim Daerah dengan Target NDC Indonesia. https://irid.or.id/isu-lingkungan-dan-peran-organisasi-masyarakat-sipil-di-sulawesi-tengah-dalam-menyelaraskan-aksi-iklim-daerah-dengan-target-ndc-indonesia/irid.or.id
-
Celebesta. (2023). Perubahan Iklim dan Sulitnya Pemenuhan Pangan Perempuan di Sulawesi Tengah. https://www.celebesta.com/2023/10/17/perubahan-iklim-dan-sulitnya-pemenuhan-pangan-perempuan-di-sulawesi-tengah/Celebesta+1Celebesta+1
-
Ekuatorial. (2021). Adaptasi Petani Hadapi Perubahan Iklim dan Bencana: Dulu Padi, Sekarang Rumput. https://www.ekuatorial.com/2021/09/adaptasi-petani-hadapi-perubahan-iklim-dan-bencana-dulu-padi-sekarang-rumput/Ekuatorial
-
Tutura.id. (2023). Jalan Panjang Petani Desa Balumpewa Bertahan Kala Kemarau. https://tutura.id/homepage/readmore/jalan-panjang-petani-desa-balumpewa-bertahan-kala-kemarau--1705627782tutura.id
-
BMKG. (2025). Dampak Anomali Iklim di Sulawesi Tengah. https://gaw-bariri.bmkg.go.id/index.php/karya-tulis-dan-artikel/rilis/210-dampak-anomali-iklim-di-sulawesi-tengah