Bumi mengelilingi Matahari dalam lintasan elips, bukan lingkaran sempurna. Karena bentuk orbit tersebut, terdapat dua titik penting dalam satu tahun revolusi Bumi, yaitu aphelion dan perihelion. Aphelion adalah kondisi ketika Bumi berada di titik terjauh dari Matahari, sementara perihelion adalah saat Bumi berada di titik terdekat. Aphelion umumnya terjadi pada awal Juli, dengan jarak Bumi ke Matahari mencapai sekitar 152,1 juta kilometer. Sebaliknya, perihelion terjadi pada awal Januari, saat jarak Bumi ke Matahari menyempit menjadi sekitar 147,1 juta kilometer.
Meskipun terdapat selisih jarak sekitar 5 juta kilometer, atau sekitar 3,3% dari jarak rata-rata Bumi–Matahari, perbedaan tersebut tidak serta-merta berdampak besar pada suhu permukaan Bumi. Variasi intensitas radiasi Matahari yang diterima akibat fenomena ini hanya sekitar 6–7 persen, dan dampaknya terhadap iklim harian sangat kecil, apalagi di wilayah tropis.
Cuaca Tidak Ditentukan oleh Jarak ke Matahari
Banyak yang beranggapan bahwa saat Bumi lebih dekat ke Matahari, suhu akan terasa lebih panas, dan sebaliknya saat lebih jauh, suhu menjadi dingin. Namun, pada kenyataannya, musim dan suhu di Bumi justru lebih ditentukan oleh kemiringan sumbu rotasi Bumi sebesar 23,5 derajat, bukan oleh jarak Bumi terhadap Matahari. Saat perihelion terjadi di bulan Januari, justru negara-negara di belahan Bumi utara seperti Eropa dan sebagian besar Asia sedang mengalami musim dingin. Di sisi lain, saat aphelion terjadi di bulan Juli, wilayah selatan Bumi seperti Australia sedang berada dalam musim dingin pula, meskipun Bumi sedang berada di titik terjauh dari Matahari.
Di Indonesia, yang berada di wilayah tropis, tidak terjadi empat musim seperti di negara lintang tinggi. Indonesia mengalami dua musim utama, yaitu musim hujan dan kemarau, yang sangat bergantung pada pola sirkulasi angin muson dan kelembapan udara. Hal ini menjelaskan mengapa peristiwa aphelion dan perihelion tidak membawa perubahan suhu atau cuaca yang mencolok di Indonesia.
Saat Aphelion: Musim Kemarau dan Fenomena “Bediding”
Ketika aphelion terjadi pada awal Juli, sebagian besar wilayah Indonesia sedang mengalami musim kemarau. Kondisi cuaca kering dengan langit cerah memungkinkan panas dari permukaan Bumi cepat terlepas ke atmosfer saat malam hari, menyebabkan suhu udara turun drastis menjelang pagi. Hal ini membuat suhu udara di pagi hari terasa lebih dingin dari biasanya, terutama di daerah pedalaman atau dataran tinggi. Fenomena pendinginan malam hari ini dikenal dalam istilah lokal sebagai “bediding”.
Namun, penting untuk dicatat bahwa suhu dingin yang dirasakan bukan akibat aphelion secara langsung. Penyebab utama adalah masuknya angin muson timur dari Australia yang membawa massa udara kering dan dingin ke wilayah Indonesia. Jadi, meskipun secara kebetulan aphelion dan cuaca sejuk terjadi di waktu yang sama, keduanya tidak memiliki hubungan kausal yang kuat.
Saat Perihelion: Suhu Lembab dan Curah Hujan Tinggi
Berbeda dengan bulan Juli, saat perihelion terjadi pada Januari, sebagian besar wilayah Indonesia sedang mengalami musim hujan. Suhu udara terasa hangat dan lembab, dengan curah hujan yang tinggi. Namun, kondisi ini bukan karena Bumi lebih dekat ke Matahari. Perihelion hanya berkontribusi sangat kecil terhadap peningkatan radiasi Matahari. Cuaca lembab dan hujan deras di Indonesia pada periode tersebut justru lebih dipengaruhi oleh angin muson barat dari Samudra Hindia yang membawa uap air dalam jumlah besar ke wilayah Nusantara.
Dengan tutupan awan yang tebal dan kelembapan udara tinggi, panas Matahari yang masuk ke permukaan Bumi juga terperangkap, membuat suhu udara terasa hangat bahkan meskipun sinar matahari tidak selalu tampak. Lagi-lagi, perihelion bukanlah faktor utama dalam penentuan suhu atau curah hujan di wilayah Indonesia.
Bagaimana dengan Wilayah Ekuator Seperti Sulawesi Tengah?
Wilayah seperti Sulawesi Tengah yang berada dekat dengan garis khatulistiwa memiliki karakteristik iklim tropis yang relatif stabil. Di daerah ini, penyinaran Matahari berlangsung hampir merata sepanjang tahun, sehingga variasi kecil dalam jarak Bumi ke Matahari akibat aphelion dan perihelion tidak memberikan dampak signifikan terhadap suhu atau pola cuaca.
Musim kemarau di Sulawesi Tengah terjadi akibat pengaruh angin muson dari Australia, sementara musim hujan berasal dari arah barat dan dipengaruhi oleh tekanan rendah di Samudra Hindia. Selain itu, faktor-faktor lokal seperti topografi pegunungan dan kedekatan dengan laut juga turut mempengaruhi cuaca harian. Oleh karena itu, baik aphelion maupun perihelion tidak menimbulkan pengaruh langsung terhadap kondisi iklim di wilayah ini.
Klarifikasi BMKG dan Penolakan Misinformasi
Di tengah beredarnya fenomena astronomi ini, masyarakat kerap menerima informasi keliru, seperti anggapan bahwa aphelion menyebabkan suhu ekstrem, penyakit kulit, bahkan gangguan tubuh tertentu. BMKG bersama sejumlah peneliti dan media nasional seperti Kompas, Detik, dan Tempo telah berulang kali menegaskan bahwa tidak ada hubungan langsung antara aphelion/perihelion dengan cuaca ekstrem ataupun gangguan kesehatan.
Fakta ilmiah menunjukkan bahwa aphelion dan perihelion adalah bagian alami dari orbit tahunan Bumi dan selalu terjadi pada periode yang sama setiap tahun. Kedua fenomena ini penting secara astronomis, tetapi tidak berbahaya secara klimatologis maupun biologis. Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan terus mencari informasi dari sumber resmi, bukan dari pesan berantai atau unggahan yang belum diverifikasi.
Penutup: Pemahaman Ilmiah untuk Masyarakat Cerdas
Fenomena aphelion dan perihelion memberikan gambaran tentang keteraturan alam semesta dan dinamika gerak planet dalam sistem tata surya. Meski tidak berpengaruh besar terhadap iklim di Indonesia, memahami kedua peristiwa ini tetap penting sebagai bagian dari literasi sains masyarakat.
Dengan pemahaman yang tepat, masyarakat dapat terhindar dari kekhawatiran yang tidak berdasar, sekaligus menumbuhkan apresiasi terhadap sains dan peran institusi resmi seperti BMKG dalam memberikan informasi yang kredibel. Di era banjir informasi seperti sekarang, kemampuan memilah fakta dan mitos adalah bentuk kecerdasan yang sangat dibutuhkan.
Daftar Referensi
- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). (2025). Fenomena Aphelion Tidak Berdampak Signifikan terhadap Cuaca di Indonesia. [Siaran Pers]. https://www.bmkg.go.id/siaran-pers/fenomena-aphelion-berdampak-ke-cuaca-indonesia-bgini-penjelasannya
- Kompas.com. (2025, 7 Juli). Benarkah Fenomena Aphelion Picu Suhu Dingin? Ini Penjelasan BMKG.
https://www.kompas.com/tren/read/2025/07/07/173000265/benarkah-fenomena-aphelion-picu-suhu-dingin-ini-penjelasan-bmkg - Detik.com. (2025). Fenomena Aphelion dan Perihelion, Simak Dampaknya bagi Bumi.
https://news.detik.com/berita/d-7999691/fenomena-aphelion-dan-perihelion-simak-dampaknya-bagi-bumi - Tempo.co. (2025). Mengenal Fenomena Aphelion: Penjelasan BMKG.
https://www.tempo.co/sains/mengenal-fenomena-aphelion-penjelasan-bmkg--1948515 - RRI.co.id. (2025). Mengenal Fenomena Aphelion.
https://www.rri.co.id/daerah/1639261/mengenal-fenomena-aphelion - RRI.co.id. (2025). Aphelion Terjadi, BMKG Pastikan Tak Pengaruhi Cuaca.
https://www.rri.co.id/daerah/1634698/aphelion-terjadi-bmkg-pastikan-tak-pengaruhi-cuaca - RRI.co.id. (2025). Fenomena Aphelion Menimbulkan Penyakit dan Suhu Lebih Dingin? Cek Faktanya.
https://www.rri.co.id/sulawesi-tenggara/cek-fakta/168169/fenomena-aphelion-menimbulkan-penyakit-dan-suhu-lebih-dingin - Radarlampung.bacakoran.co. (2025). Fenomena Aphelion Dikabarkan Melanda Bumi, Ini Faktanya.
https://radarlampung.bacakoran.co/read/23480/fenomena-aphelion-dikabarkan-melanda-bumi - Tribunnews Palu. (2025, 10 Juli). Fenomena Aphelion: Berada di Titik Terjauh dari Matahari, Simak Dampaknya untuk Bumi.
https://palu.tribunnews.com/2025/07/10/fenomena-aphelion-berada-di-titik-terjauh-dari-matahari-simak-dampaknya-untuk-bumi?page=2 - Tazkia.ac.id. (2025). BMKG Tegaskan Fenomena Aphelion Bukan Penyebab Utama Cuaca Dingin di Indonesia. https://tazkia.ac.id/berita/populer/1401-bmkg-tegaskan-fenomena-aphelion-bukan-penyebab-utama-cuaca-dingin-di-indonesia
- Langitselatan.com. (2022, 8 Februari). Apa Dampak Aphelion & Perihelion pada Bumi?
https://langitselatan.com/2022/02/08/apa-dampak-aphelion-perihelion-pada-bumi/