
Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Lore Lindu Bariri merangkum hasil WMO Air Quality and Climate Bulletin No. 5 (2025) yang menyoroti keterkaitan erat antara kualitas udara dan perubahan iklim. Isu ini bukan hanya tantangan global, tetapi juga memiliki dampak langsung bagi Indonesia, termasuk Sulawesi Tengah.
Kualitas Udara dan Perubahan Iklim: Dua Isu yang Saling Terhubung
Perubahan iklim dan polusi udara kerap dianggap masalah yang berbeda, padahal keduanya saling memengaruhi. Gas rumah kaca, aerosol, dan polutan udara tidak hanya berdampak pada iklim global, tetapi juga pada kesehatan manusia, ekosistem, hingga pertanian.
Laporan WMO menegaskan bahwa:
-
PM2.5 (partikel halus berukuran <2,5 mikrometer) adalah ancaman kesehatan serius, berasal dari transportasi, industri, serta kebakaran hutan dan lahan.
-
Ozon permukaan terbentuk dari reaksi emisi kendaraan dan senyawa organik volatil di bawah sinar matahari, berbahaya bagi paru-paru manusia dan tanaman.
-
Perubahan iklim memperburuk kondisi polusi melalui meningkatnya kebakaran hutan, perubahan pola hujan, dan pergeseran musim berbunga tanaman.
Relevansi untuk Indonesia dan Sulawesi Tengah
1. Risiko Kebakaran Hutan
Seperti kebakaran hutan di Amazon yang memicu lonjakan PM2.5, Indonesia juga menghadapi masalah serupa. Meski Sulawesi Tengah tidak setinggi Sumatra dan Kalimantan dalam hal kebakaran hutan, musim kemarau panjang tetap berpotensi meningkatkan polusi udara akibat pembakaran biomassa.
2. Pertumbuhan Kendaraan di Perkotaan
Kota-kota di Sulawesi Tengah, seperti Palu, mengalami peningkatan jumlah kendaraan. Kondisi ini dapat memperbesar potensi terbentuknya ozon permukaan, terutama di hari-hari cerah. Jika tidak dikendalikan, kualitas udara dapat menurun dan berdampak pada kesehatan masyarakat.
3. Bioaerosol dan Polen
Selain polutan dari aktivitas manusia, bioaerosol alami seperti polen juga perlu diperhatikan. Hutan tropis Sulawesi yang kaya keanekaragaman hayati berpotensi melepaskan polen dalam jumlah besar, dan dengan perubahan iklim, periode berbunga bisa bergeser. Hal ini dapat memicu alergi atau memperparah penyakit pernapasan.
Pemantauan darat seperti yang dilakukan di Lore Lindu juga mendukung data satelit internasional, sehingga informasi yang dihasilkan lebih akurat untuk analisis global maupun regional.
Temuan WMO memberikan cermin bahwa tantangan kualitas udara juga nyata di Sulawesi Tengah. Dengan pemantauan atmosfer yang konsisten, pengendalian emisi, dan peningkatan kesadaran masyarakat, Sulawesi Tengah dapat berkontribusi dalam menjaga kualitas udara, kesehatan publik, serta ketahanan iklim.
Daftar Pustaka:
WMO Air Quality and Climate Bulletin No. 5 (2025)