- Details
- Hits: 1190

sumber ilustrasi : freepik.com
Indonesia masih sangat bergantung pada energi bahan bakar fosil, seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam, yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam sektor industri, transportasi, dan rumah tangga. Ketergantungan ini menimbulkan kekhawatiran serius karena para ilmuwan menyatakan bahwa penggunaan bahan bakar fosil adalah penyebab utama pemanasan global. Emisi karbon dioksida (CO₂) dan gas rumah kaca lainnya yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil berkontribusi besar terhadap perubahan iklim. Akibatnya, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, terutama karena deforestasi, kebakaran hutan, dan aktivitas industri yang masif.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan pada Jumat bahwa suhu udara rata-rata di Indonesia pada tahun 2024 mencapai 27,5°C (81,5 °F). Angka ini menunjukkan peningkatan sekitar 0,8°C dibandingkan dengan suhu rata-rata pada periode 1991 hingga 2020. Sedangkan menurut data iklim di Sulawesi Tengah, suhu rata-rata selama tahun 2024 sebesar 28°C lebih tinggi dari rerata normalnya. Kenaikan suhu ini merupakan indikasi nyata dari dampak perubahan iklim yang semakin terasa di Indonesia termasuk Sulawesi Tengah. Data tersebut diperoleh dari 113 pos pemantauan cuaca yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, sedangkan data suhu Sulawesi Tengah didapatkan dari pengamatan 4 stasiun meteorologi (Stasiun Meteorologi Sultan Bantilan Toli – Toli, Stasiun Meterorologi Sis Al Jufri Palu, Stasiun Meteorologi Syukuran Aminudin Amir Banggai dan Stasiun Meteorologi Kasiguncu Poso) yang tersebar di Sulawesi Tengah.
Tahun lalu, Indonesia mengalami bulan April terpanas dalam lebih dari 40 tahun, bersamaan dengan gelombang panas ekstrem yang melanda beberapa negara di Asia. Fenomena ini tidak hanya memengaruhi kenyamanan hidup masyarakat, tetapi juga berdampak pada sektor pertanian, kesehatan, dan ketersediaan air. Gelombang panas yang ekstrem ini menjadi bukti tambahan bahwa perubahan iklim semakin intens dan mengancam stabilitas lingkungan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa tahun 2024 diprediksi menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat secara global. Pernyataan ini didukung oleh data ilmiah yang menunjukkan tren peningkatan suhu bumi secara konsisten selama beberapa dekade terakhir. Negara-negara seperti China dan India juga telah mengonfirmasi bahwa tahun ini merupakan tahun terpanas yang mereka alami dalam beberapa dekade, menunjukkan bahwa dampak perubahan iklim bersifat global dan memengaruhi berbagai belahan dunia.
Kondisi ini menegaskan urgensi untuk mengambil tindakan nyata dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan beralih ke sumber energi terbarukan. Indonesia, sebagai salah satu negara yang rentan terhadap dampak perubahan iklim, perlu mempercepat transisi energi dan menerapkan kebijakan yang mendukung pembangunan berkelanjutan. Jika tidak, kenaikan suhu dan cuaca ekstrem akan terus mengancam kehidupan, ekonomi, dan lingkungan di masa depan.
Daftar Pustaka
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. (2024, Desember). Rata-rata suhu udara Indonesia tahun 2024 mencapai 27,5°C, naik 0,8°C dibandingkan periode 1991–2020. BMKG. https://www.bmkg.go.id
Perserikatan Bangsa-Bangsa. (2024, Desember). Tahun 2024 diprediksi menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat secara global. United Nations Climate Reports. https://www.un.org
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. (2024). Laporan transisi energi dan upaya pengurangan emisi gas rumah kaca. Jakarta: Kementerian ESDM.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2024). Inventarisasi emisi gas rumah kaca sektor energi dan kehutanan di Indonesia. Jakarta: KLHK.
BMKG Stasiun Meteorologi Sultan Bantilan Toli-Toli, Sis Al Jufri Palu, Syukuran Aminudin Amir Banggai, & Kasiguncu Poso. (2024). Data suhu rata-rata tahunan Sulawesi Tengah tahun 2024. Palu: BMKG Sulawesi Tengah.