Menelusuri Kualitas Air di Bariri dan Palu: Daya Hantar Listrik dan Derajat Keasaman (Februari 2025)
Daya Hantar Listrik (DHL)
Berdasarkan hasil pengukuran, nilai Daya Hantar Listrik (DHL) di lokasi Bariri menunjukkan fluktuasi dengan rentang 6.717 hingga 17.940 μs/cm. Nilai tertinggi terjadi pada 17 Februari 2025, yaitu 17.940 μs/cm, sementara nilai terendah tercatat pada 24 Februari 2025 sebesar 6.717 μs/cm.
Sementara itu, di lokasi Palu, nilai DHL hanya tersedia pada 17 dan 24 Februari 2025, dengan hasil 49.181 μs/cm pada 17 Februari 2025 dan 11.709 μs/cm pada 24 Februari 2025. Nilai yang jauh lebih tinggi pada tanggal 17 Februari menunjukkan kemungkinan adanya perbedaan karakteristik air di lokasi tersebut, yang dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan maupun sumber pencemaran.
Derajat Keasaman (pH)
Hasil pengukuran pH di Bariri menunjukkan rentang 4.45 hingga 5.00, yang termasuk dalam kategori hujan asam. Nilai pH terendah tercatat pada 17 Februari 2025 sebesar 4.45, sementara nilai tertinggi terjadi pada 3 Februari 2025 sebesar 5.00. Hal ini menunjukkan bahwa air di Bariri cenderung asam sepanjang periode pengukuran.
Di Palu, data pH hanya tersedia pada 17 dan 24 Februari 2025, dengan nilai 6.47 pada 17 Februari 2025 dan 5.55 pada 24 Februari 2025. Nilai pH 6.47 mengindikasikan air yang relatif netral, sedangkan 5.55 masih tergolong dalam kategori hujan asam. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh variasi sumber air atau faktor eksternal lainnya.
Tidak ada pengukuran di tanggal 2 dan 10 Februari 2025 untuk kota Palu karena sampel yang dibuat terlalu sedikit sehingga tidak dapat dianalisis.
Kesimpulan
Dari hasil pengukuran, dapat disimpulkan bahwa:
- DHL di Bariri lebih stabil, sedangkan DHL di Palu lebih bervariasi, dengan lonjakan tinggi pada 17 Februari 2025.
- pH di Bariri lebih rendah, menunjukkan kecenderungan hujan asam yang lebih signifikan dibandingkan Palu.
- pH di Palu lebih bervariasi, dengan kecenderungan lebih netral pada 17 Februari 2025, namun tetap mengalami tingkat keasaman pada 24 Februari 2025.
Perbedaan ini dapat disebabkan oleh faktor lingkungan seperti sumber polusi, kondisi cuaca, atau karakteristik geografis masing-masing lokasi. Pemantauan lebih lanjut diperlukan untuk memahami pola perubahan kualitas air secara lebih mendalam.