Banjir_KolaKola.jpeg - 63.90 kB

Donggala, 8 Juli 2025. Hujan dengan intensitas sangat tinggi yang mengguyur wilayah Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, pada Senin sore 7 Juli hingga Selasa pagi menyebabkan banjir bandang yang berdampak luas di sejumlah desa di Kecamatan Banawa Selatan dan Banawa Tengah. Data sementara dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Tengah mencatat sedikitnya lima desa terdampak, yaitu Tosale, Lumbu Mamara, Lumbutarombo, Salungkainung, dan Bambarimi. Selain itu, kerusakan signifikan juga dilaporkan di Desa Kola-Kola dan Dusun 3 Desa Puwelua.

Banjir mulai terjadi sekitar pukul 14.30 WITA akibat luapan sungai setelah hujan deras mengguyur kawasan tersebut. Kepala BPBD Sulawesi Tengah, Akris Fattah Yunus, menyatakan bahwa proses evakuasi warga masih berlangsung hingga hari ini. Petugas gabungan juga terus melakukan pendataan terhadap kerusakan dan kebutuhan darurat di lapangan.

Dampak Banjir dan Wilayah yang Terkena

Di Desa Tosale, sebanyak 40 kepala keluarga atau sekitar 400 jiwa terdampak. Tercatat 90 rumah terendam, sementara tiga fasilitas umum mengalami kerusakan berat, yaitu satu sekolah dasar, satu madrasah tsanawiyah, dan jembatan penghubung ke Dusun 4.

Desa Lumbu Mamara melaporkan sekitar 70 rumah terdampak banjir. Sementara itu, di Desa Lumbutarombo terdapat 17 kepala keluarga yang terdampak, termasuk tiga balita, lima lansia, dan satu ibu hamil.

Di Desa Salungkainung dan Bambarimi, proses pendataan masih berlangsung akibat keterbatasan akses serta kondisi medan yang sulit dijangkau. Kerusakan juga dilaporkan di Dusun 3 Desa Puwelua, tempat jalan utama terputus. Di Desa Kola-Kola, Kecamatan Banawa Tengah, jembatan penghubung utama mengalami kerusakan parah.

Infrastruktur Vital Terputus di Desa Kola-Kola

Laporan warga melalui media sosial menunjukkan banjir yang datang secara tiba-tiba di Desa Kola-Kola telah merusak jembatan penghubung penting antarwilayah. Air yang meluap deras menghantam pemukiman warga dan menyebabkan kerusakan di sejumlah titik. Hingga saat ini, belum ada kepastian mengenai jumlah kerugian material, namun akses utama warga setempat diketahui masih terputus.

Data Curah Hujan: Lonjakan Ekstrem dalam 24 Jam

Data dari Pos Hujan Kola-Kola mencatat bahwa pada 7 Juli 2025 hanya terjadi hujan ringan sebesar 2,5 milimeter. Namun, lonjakan drastis terjadi pada 8 Juli dengan curah hujan mencapai 196,5 milimeter. Angka ini tergolong hujan sangat lebat dan memiliki potensi besar memicu banjir bandang dalam waktu singkat. Lonjakan ini memperkuat dugaan bahwa puncak curah hujan terjadi pada hari kejadian.

Penjelasan BMKG: Kombinasi Faktor Atmosfer dan Suhu Laut

Stasiun Meteorologi Mutiara Sis Al-Jufri Palu BMKG menjelaskan bahwa kondisi cuaca ekstrem ini disebabkan oleh beberapa faktor atmosfer. Suhu muka laut di perairan sekitar Sulawesi Tengah berada pada kisaran 30 hingga 32 derajat Celcius dengan anomali positif antara 0,1 hingga 1,5 derajat. Kondisi ini meningkatkan penguapan dan mendukung pembentukan awan konvektif.

Nilai Indeks Osilasi Selatan atau SOI yang tercatat sebesar 11,2 menandakan peningkatan aktivitas konvektif di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur. Citra satelit Himawari-9 menunjukkan keberadaan awan cumulonimbus aktif sejak pukul 05.00 UTC yang mencapai puncak intensitas sekitar pukul 14.00 WITA. Waktu ini bertepatan dengan terjadinya banjir di sejumlah desa terdampak.

Suhu puncak awan yang mencapai minus 75 derajat Celcius mengindikasikan potensi hujan sangat lebat disertai angin kencang dan petir. Ini mengkonfirmasi keterkaitan antara kondisi atmosfer dan kejadian hidrometeorologi ekstrem yang terjadi di wilayah tersebut.

Peringatan dan Himbauan Dini BMKG

Sebagai langkah antisipasi, BMKG telah mengeluarkan peringatan dini sebanyak tiga kali pada 7 Juli 2025. Peringatan disampaikan pada pukul 11.30, 13.26, dan 15.22 WITA kepada BPBD, TNI, POLRI, serta unsur Forum Koordinasi Kebencanaan Daerah melalui kanal resmi.

Masyarakat diimbau tetap waspada terhadap potensi hujan lebat dan angin kencang dalam beberapa hari ke depan, terutama yang tinggal di wilayah rawan banjir dan longsor. BMKG juga mengajak masyarakat untuk memantau informasi cuaca terkini melalui aplikasi InfoBMKG, media sosial resmi, serta kanal komunikasi pemerintah daerah.