Belakangan ini, cuaca tak menentu membuat istilah kemarau basah sering muncul. Fenomena ini terjadi saat hujan masih turun di musim kemarau. Dalam buku Sosiologi Lingkungan Hidup karya Suharko, dijelaskan bahwa anomali cuaca seperti ini bisa terjadi akibat pemanasan global. BMKG memprediksi sebagian wilayah Indonesia akan mengalami kemarau basah pada pertengahan 2025. Kondisi ini bukan musim hujan berkepanjangan, melainkan curah hujan yang tetap terjadi saat seharusnya kemarau, dan dipengaruhi oleh faktor global seperti La Nina. Dampaknya pun signifikan, terutama pada sektor pertanian, sumber daya air, dan potensi bencana.
Apa Itu Kemarau Basah?
Kemarau basah adalah kondisi ketika hujan masih turun secara berkala pada musim kemarau, atau disebut juga sebagai kemarau yang bersifat di atas normal. Biasanya, musim kemarau di Indonesia identik dengan cuaca panas dan minim hujan. Namun, dalam kemarau basah, intensitas hujan masih tergolong tinggi meski frekuensinya menurun.
Penyebab Kemarau Basah
Menurut BMKG, kemarau basah dipicu oleh dinamika atmosfer regional dan global, seperti suhu muka laut yang hangat, angin monsun aktif, serta La Nina dan Indian Ocean Dipole (IOD) negatif. Dampaknya, hujan tetap turun meski sudah masuk musim kemarau. BMKG menyatakan La Nina sedang menuju fase netral. La Nina sendiri adalah fenomena pendinginan suhu laut di Pasifik tengah yang bisa meningkatkan curah hujan di Indonesia, khususnya di wilayah dengan perairan hangat. Musim kemarau tahun ini diperkirakan datang normal atau sedikit lebih lambat di 409 Zona Musim (ZOM), dengan curah hujan sebagian besar masih dalam kategori normal. Publikasi Klima Edisi VI 2022 juga menyebut La Nina dapat memicu anomali cuaca, termasuk terjadinya kemarau basah di Indonesia.
Dampak Kemarau Basah
Kemarau basah membawa dampak ganda. Di satu sisi, pasokan air meningkat sehingga mendukung sektor perairan. Namun, bagi pertanian, kondisi ini bisa merugikan. Lahan menjadi terlalu lembap, menyebabkan gagal panen pada komoditas seperti jagung, kacang kacangan, dan kedelai. Hama dan penyakit juga lebih mudah berkembang dalam kondisi lembap. Perubahan pola hujan yang tidak sesuai dengan prakiraan membuat petani kesulitan merencanakan aktivitasnya. Hal ini mencerminkan dampak nyata dari perubahan iklim global, yang menantang pola lama dalam mengelola musim. Untuk mengurangi risikonya, diperlukan pemantauan rutin atmosfer dan suhu laut, serta penyampaian informasi iklim yang akurat dan mudah diakses masyarakat.
Prediksi Musim Kemarau 2025 di Indonesia
BMKG menyebutkan bahwa sebagian wilayah Indonesia saat ini mengalami kemarau basah, yaitu kondisi hujan masih turun meski telah memasuki musim kemarau. Fenomena ini diperkirakan berlangsung hingga Agustus 2025, diikuti masa transisi (pancaroba) pada September–November, dan musim hujan mulai Desember 2025 hingga Februari 2026.
Sebanyak 403 Zona Musim (ZOM) atau 57,7% wilayah diprediksi mulai kemarau pada April–Juni 2025, dengan Nusa Tenggara mengalami kemarau lebih awal. Secara umum, awal musim kemarau 2025 tergolong normal hingga lebih lambat dibanding rata-rata, mencakup 409 ZOM (59%).
Akumulasi curah hujan selama musim kemarau diperkirakan normal di sebagian besar wilayah. Puncak kemarau diprediksi terjadi pada Agustus 2025, dengan waktu puncak yang cenderung sama atau lebih awal dari biasanya. Sementara itu, durasi musim kemarau 2025 diprediksi lebih pendek dari normal di 298 ZOM (43%).
Perbedaan Kemarau Biasa dan Basah
Kemarau biasa adalah musim kemarau umum di Indonesia, berlangsung April–Oktober, ditandai curah hujan rendah (<50 mm per dasarian), langit cerah, suhu tinggi, dan kelembapan rendah. Dampaknya mencakup kekeringan, berkurangnya ketersediaan air, dan risiko gagal panen.
Kemarau basah terjadi saat hujan masih turun meski secara kalender sudah memasuki musim kemarau. Fenomena ini dipicu oleh La Niña, suhu laut hangat, dan aktivitas atmosfer seperti MJO, gelombang Kelvin, dan Rossby. Akibatnya, kelembapan tetap tinggi, cuaca sulit diprediksi, dan aktivitas pertanian terganggu. BMKG memprakirakan kemarau basah 2025 berlangsung hingga Agustus.
Tanda-Tanda Kemarau Basah
- Biasanya tanda-tanda kemarau basah bisa ditemui dengan kondisi berikut.
- Tetap terjadi hujan ringan hingga sedang saat seharusnya musim kering (biasanya April–September).
- Kelembapan udara tetap tinggi.
- Tanaman tetap tumbuh subur tanpa perlu banyak penyiraman.
- Sungai dan embung tidak mengalami kekeringan ekstrem.
- Langit sering berawan, tidak sekering biasanya.
Contoh Kasus atau Data Terkini
Pada tahun 2020, Indonesia mengalami fenomena kemarau basah yang disebabkan oleh pengaruh La Niña dengan intensitas lemah hingga sedang. Akibatnya, beberapa wilayah seperti Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, dan Papua mengalami curah hujan yang lebih tinggi dari normal selama musim kemarau. Misalnya, di Kota Palu yang secara klimatologis rata-rata curah hujannya pada bulan Juni sampai September berkisar antara 9 sampai 17 mm per bulan, tercatat curah hujan pada periode yang sama mencapai 55 hingga 80 mm per bulan. Data ini menunjukkan adanya anomali positif curah hujan yang signifikan, di mana curah hujan melebihi ambang batas normal musim kemarau, sehingga BMKG mengklasifikasikan kondisi tersebut sebagai kemarau basah. Fenomena ini biasanya ditandai dengan curah hujan yang tetap tinggi selama dua sampai tiga bulan berturut-turut di musim kemarau, disertai dengan indeks ENSO negatif dan suhu muka laut yang hangat di wilayah Indonesia.
Cara Mengantisipasi Kemarau Basah
Agar fenomena tidak biasa ini, yaitu kemarau basah, tidak mengkhawatirkan dan akhirnya merugikan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi kemarau basah. Berikut ini beberapa cara mengatisipasi fenomena kemarau basah yang bisa diterapkan oleh kita semua, secara mudah dan sederhana:
-
Memantau Informasi Cuaca. Agar bisa mengantisipasi kemarau basah yang tidak biasa ini, kita bisa memantau terus informasi dari BMKG agar tahu bagaimana prediksi cuaca yang akan terjadi.
-
Memperbaiki Infrastruktur. Salah satu cara untuk mengantisipasi dampak dari kemarau basah ini adalah, pihak yang terkait harus memperbaiki infrastruktur yang ada, semisal memperbaiki sistem drainase, menjaga kelancaran dan kebersihan gorong-gorong, dan terus melakukan perawatan terhadap waduk. Ini perlu dilakukan karena cuaca sudah tidak lagi bisa diprediksi secara jelas. Pemerintah harus selalu siap sedia, kapanpun, untuk segala cuaca.
-
Siap Siaga untuk Bencana. Selain pemerintah yang harus selalu siap sedia, warga yang tinggal di daerah rawan bencana, juga harus selalu waspada, dan siap untuk evakuasi atau segera melakukan tindakan bila kondisi tak terduga terjadi. Selain mengetahui jalur evakuasi yang jelas, warga juga harus selalu mempersiapkan logistik darurat, bila saja ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
-
Petani Harus Adaptif, Untuk mengantisipasi kemarau basah, petani harus bisa menyesuaikan jadwal tanam dan memilih jenis tanaman yang tahan terhadap curah hujan tinggi. Petani sebaiknya menggunakan sistem drainase yang efektif agar air tidak menggenang di sawah atau ladang.
-
Edukasi Kesehatan dan Kebersihan. Hal yang sangat penting lainnya sebagai cara untuk mengantisipasi kemarau basah adalah, pihak-pihak yang terkait harus melakukan edukasi tentang menjaga kebersihan lingkungan, menjaga keseimbangan alam, serta selalu menjaga kesehatan dalam kondisi cuaca apapun kepada seluruh warga masyarakat.
Daftar Pustaka
- Anindya Milagsita. (2025, Mei 23). Apa Itu Kemarau Basah? Ini Pengertian, Penyebab, dan Dampaknya. detikJateng. https://www.detik.com/jateng/berita/d-7928359/apa-itu-kemarau-basah-ini-pengertian-penyebab-dan-dampaknya
- Riza Aslam Khaeron. (2025, Mei 24). Apa itu Kemarau Basah? Pengertian dan Penyebabnya. Metro TV. https://www.metrotvnews.com/read/KvJCLW5L-apa-itu-kemarau-basah-pengertian-dan-penyebabnya
- Rini Eka Saputri. (2025, Mei 5). Prediksi Musim Kemarau Tahun 2025 di Indonesia (Pemutakhiran Mei 2025). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). https://www.bmkg.go.id/iklim/prediksi-musim-kemarau-tahun-2025-di-indonesia-pemutakhiran-mei-2025
- Nikita Rosa. (2025, Mei 20). BMKG Prediksi Musim Kemarau 2025 Bakal Lebih Pendek, Apa Alasannya?. detikEdu. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7923430/bmkg-prediksi-musim-kemarau-2025-bakal-lebih-pendek-apa-alasannya
- Tirto.id. (2025, Mei 22). Dampak Kemarau Basah & Cara Antisipasi Fenomena Tak Biasa Ini. https://tirto.id/dampak-kemarau-basah-cara-mengantisipasi-fenomena-tak-biasa-ini-hb6D